04:42
Soeara Rakjat, Selebrita. Hingga saat ini, persoalan antara sebagian warga Indramayu dan seorang TKW bernama Sri Utami Juminten masih belum jelas duduk perkaranya. Meski cukup banyak netizen terutama warga Indramayu yang menghendaki Sri Utami diproses hukum, namun Sri Utami sendiri masih berada di luar negeri.
Sampai detik ini, Sri Utami masih menjadi perdebatan di kalangan netizen. Video yang diunggah Sri Utami yang isinya menyinggung seluruh warga masyarakat Indramayu ini makin menyebar luas di jejaring sosial maupun situs berbagi video youtube.
Awalnya, Sri Utami sendiri memang dikenal sering mengunggah video dirinya dalam penampilan yang sangat vulgar. Sri Utami bahkan berani merekam dirinya saat mandi hingga hampir telanjang. Lebih dari itu, Sri utami malah merasa bangga dengan tingkah lakunya.
Karena sikapnya yang dinilai merendahkan kaum wanita khususnya para BMI di luar negeri, cukup banyak yang kemudian menanggapi hingga mengkritisi video-video Sri Utami ini. Namun sayangnya, Sri Utami tak mau menerima dan malah balas menyerang orang-orang yang mengkritiknya.
Jika dilihat dari sisi psikologis, Sri Utami sangat mungkin mengidap sebuah syndrome atau euforia berlebih. Sebuah situasi yang tidak bisa diterima karena berubahnya pola hidup secara drastis. Bagaimana jika seseorang yang selama berpuluh-tahun makan singkong lalu tiba-tiba diganti keju?
Juminten yang selalu ingin memamerkan segala sesuatu yang dirasakannya saat ini, adalah sangat mungkin karena ingin menunjukan status sosialnya sudah berubah. Sebuah keadaan yang sebelumnya tidak atau belum pernah didapatkan saat berada di kampung halaman.
Namun demikian, minimnya pendidikan baik reguler maupun ilmu agama adalah penyebab utamanya. Kurangnya pendidikan terutama saat usia dini, akan membentuk karakter dan pribadi seseorang menjadi minim etika dan moral. Karena rendahnya wawasan, orang dengan karakter seperti ini akan selalu merasa benar meski jutaan orang menyebutnya salah.
Karena sikapnya yang dinilai merendahkan kaum wanita khususnya para BMI di luar negeri, cukup banyak yang kemudian menanggapi hingga mengkritisi video-video Sri Utami ini. Namun sayangnya, Sri Utami tak mau menerima dan malah balas menyerang orang-orang yang mengkritiknya.
Jika dilihat dari sisi psikologis, Sri Utami sangat mungkin mengidap sebuah syndrome atau euforia berlebih. Sebuah situasi yang tidak bisa diterima karena berubahnya pola hidup secara drastis. Bagaimana jika seseorang yang selama berpuluh-tahun makan singkong lalu tiba-tiba diganti keju?
Juminten yang selalu ingin memamerkan segala sesuatu yang dirasakannya saat ini, adalah sangat mungkin karena ingin menunjukan status sosialnya sudah berubah. Sebuah keadaan yang sebelumnya tidak atau belum pernah didapatkan saat berada di kampung halaman.
Namun demikian, minimnya pendidikan baik reguler maupun ilmu agama adalah penyebab utamanya. Kurangnya pendidikan terutama saat usia dini, akan membentuk karakter dan pribadi seseorang menjadi minim etika dan moral. Karena rendahnya wawasan, orang dengan karakter seperti ini akan selalu merasa benar meski jutaan orang menyebutnya salah.
Mba Juminten alias Sri Utami... Ari ngmong bner jre dwek bae... wong Indramayu kuh... ora skbeane sing d'omong aken... 😒😒😒😒
Dikirim oleh Ayu Winingsih pada 30 Agustus 2016
Sejatinya, tak hanya warga atau TKW asal Indramayu yang mengkritik keras Sri Utami. Karena jika masih memiliki etika dan akal sehat, siapapun dipastikan akan merasa risih saat melihat cukup banyak Video Sri Utami yang seharusnya diprivasi malah beredar luas di ruang publik.
Kehebohan Sri Utami dan warga Indramayu yang bermula sejak akhir 2016 ini masih saja menjadi perbincangan, ketika cukup banyak netizen yang mengaku dirinya sebagai warga Indramayu yang lantas mengunggah video balasan untuk Sri Utami. BDLV/TM
Dikirim oleh Evand pada 31 Agustus 2016
0 comments:
Post a Comment