Soeara Rakjat, Risalah Islam. Pembubaran pengajian di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi peristiwa yang sangat menyita perhatian masyarakat khususnya umat Islam di Indonesia. Betapa tidak, sebuah sayap organisasi Islam malah membubarkan pengajian di sebuah Masjid?
Publik dan mayoritas netizen pun bertanya-tanya mengapa bisa terjadi peristiwa sedemikian rupa? Ada pula yang bertanya bukankah Banser sering menjaga tempat ibadah umat lain, namun pengajian yang justeru diselenggarakan di Masjid malah dibubarkan paksa?
Namun demikian, pihak Banser juga mengaku memiliki alasan kuat terkait persoalan ini. Menyikapi banyaknya pertanyaan dan pernyataan publik pasca pembubaran oleh Banser. Ansor pun memberikan jawabannya. Salah satunya ditulis oleh Ansor Cyber Media di jejaring sosial Twitter.
Meski Ansor Cyber Media sendiri tidak menjelaskan secara detail api permusuhan seperti apa yang sedang disebarkan dalam pengajian tersebut, namun apa yang mereka tulis menuai beragam tanggapan hingga nada protes. Beberapa netizen mengatakan seharusnya mereka mengikuti kajian agar tahu ada atau tidaknya 'virus kebencian' yang sedang disebarkan.siap grak gus ketum @Ansor_Satu— ANSOR Cyber Media (@ansor_jatim) 4 Maret 2017
Ansor dan Banser ingin agar tdk trjadi 'virus kebencian' dari para dai yg bawa api prmusuhan.#satukomando pic.twitter.com/7hI7I1fYYF
@ansor_jatim @Ansor_Satu 8. Kalo kalian cerdas dan merasa punya dalil lebih kuat,ya debat, diskusikan, lawan dengan pemikiran. Bkan kekerasn— Gus Sumbogo (@Gussumbogo) 4 Maret 2017
Seorang pengguna Twitter @Gussumbogo bahkan menyebutkan, jika Ansor cerdas dan merasa punya dalil yang lebih kuat, tinggal didebat untuk meluruskan kajian yang dianggap salah. Perbedaan bisa diselesaikan dengan cara diskusi dan tidak dengan kekerasan.
Mayoritas netizen pun berpendapat, perbedaan yang ada adalah rahmat Allah SWT. Selama masih dalam koridor Al Qur'an dan Sunah, perbedaan adalah hal lumrah. Lebih dari itu, agama juga banyak dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakatnya, contohnya tahlil atau tidak tahlil, yang merupakan peninggalan era Hindu yang diadopsi Islam di masa-masa awal.
Hingga saat ini, banyak masyarakat yang merasa aneh jika ada orang meninggal tidak ditahlilkan, sementara saat orang yang meninggal tidak menjalankan ibadah semasa hidupnya, malah dianggap biasa-biasa saja.
Mayoritas netizen pun berpendapat, perbedaan yang ada adalah rahmat Allah SWT. Selama masih dalam koridor Al Qur'an dan Sunah, perbedaan adalah hal lumrah. Lebih dari itu, agama juga banyak dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakatnya, contohnya tahlil atau tidak tahlil, yang merupakan peninggalan era Hindu yang diadopsi Islam di masa-masa awal.
Hingga saat ini, banyak masyarakat yang merasa aneh jika ada orang meninggal tidak ditahlilkan, sementara saat orang yang meninggal tidak menjalankan ibadah semasa hidupnya, malah dianggap biasa-biasa saja.
Sementara itu, beredar pula video ceramah Ust Khalid Basalamah yang kajiannya membahas sejarah dan tata cara berumah tangga dalam Islam, yang kemudian dibubarkan. BDLV/TM
INI CERAMAH USTADZ KHALID BASALAMAH SEBELUM DIBUBARKAN OLEH KAUM MUNAFIKUN BANSER NU dan GP ANSHOR...
Dikirim oleh Andi Karaeng pada 4 Maret 2017
0 comments:
Post a Comment