Monday 13 March 2017


Soeara Rakjat, Megapolitan. Penggusuran, adalah momok paling menakutkan bagi sebagian masyarakat Ibukota. Penggusuran tak hanya menjadi cerita menakutkan bagi warga yang bermukim di bantaran kali dengan status tanah negara, penggusuran juga menjadi sumber keresahan bagi warga yang tinggal di atas lahan miliknya dengan membayar pajak.

Dengan dalih kepentingan untuk penanggulangan banjir, Pemprov DKI lantas melakukan berbagai upaya salah satunya dengan menggusur rumah-rumah warga dan kemudian merelokasinya ke tempat baru atau ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

Saat ini, cukup banyak warga yang sudah kehilangan rumah kemudian tinggal di Rusunawa. Pemprov sendiri berkeyakinan, Rusunawa adalah sebagai bentuk 'memanusiakan' manusia agar hidup lebih layak dan berkeadilan. Awalnya, konon meski hanya menyewa tetapi warga bisa tinggal di Rusunawa hingga 7 turunan.

Namun demikian, fakta berbeda justeru terjadi di lapangan. Warga yang tinggal di Rusunawa kabarnya hanya bisa menyewa untuk jangka waktu 2 tahun, dan setelah itu bisa diperpanjang sebanyak 3 kali atau untuk jangka waktu 6 tahun kemudian. Bahkan jika warga saat ini tidak mampu membayar sewa, maka mereka harus bersiap dan berkemas.

Yang terakhir, adalah peristiwa penggusuran di kawasan Bukit Duri. Meski warga sendiri berhasil memenangkan gugatan melalui PTUN, namun Pemprov tetap menggusur warga. Penggusuran sendiri dilakukan karena Pemprov beralasan itu harus diakukan untuk membuat sodetan di Kali Ciliwung agar terhubung dengan Banjir Kanal Timur (BKT).


Dikirim oleh Angel Setiawati pada 18 Februari 2017

Warga korban penggusuran pun mulai resah dan mencoba mengadukan nasibnya. Cukup banyak LSM, Ormas dan sejumlah tokoh yang turut merasa prihatin dengan nasib warga korban gusuran Bukit Duri ini.

Zulkifli Hasan contohnya. Ketua MPR RI ini bahkan mengaku sangat prihatin dengan nasib warga yang menurutnya sangat memilukan. Zulkifli bahkan sempat beratatap muka dan berdialog langsung dengan warga.

"Pilu mendengar cerita Ibu Nafsiyah korban gusuran Bukit Duri. Digusur tanpa musyawarah dan tak punya uang untuk sewa rusun. Setelah digusur, sekarang tinggal dengan 20 keluarga lainnya. Mohon doa, Semoga kesabaran Ibu Nafsiyah dibalas Tuhan dengan kebaikan," ujarnya, melalui laman Facebook.

Kehidupan warga Jakarta korban gusuran yang kini tinggal dengan menyewa di Rusunawa, tentunya membuat banyak pihak merasa sedih dibuatnya. Terlebih, Rusunawa hanya bisa disewa untuk jangka waktu tertentu dan tak bisa dimiliki. 

Lalu bagaimana jika ada dari sebagian warga korban penggusuran yang saat ini tak lagi mampu membayar sewa?


Pilu mendengar cerita Ibu Nafsiyah korban gusuran Bukit Duri. Digusur tanpa musyawarah & tak punya uang untuk sewa rusun. Setelah digusur, sekarang tinggal berdesakan dengan 20 kelurarga lainnya Mohon doa, Semoga kesabaran Ibu Nafsiyah dibalas Tuhan dengan kebaikan 🙏😊
Dikirim oleh Zulkifli Hasan pada 13 Maret 2017

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular Posts

Blog Archive