Sunday, 12 February 2017

Wartawan Metro TV saat berada ditengah-tengah massa Aksi Bela Islam 112/foto istimewa.
Soeara Rakjat, Risalah Islam. Aksi Bela Islam atau Aksi Damai 112, baru saja usai digelar oleh seluruh elemen umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia. Meski aksi ini sempat dilarang oleh Kepolisian, namun ribuan umat Islan dari berbagai daerah di Indonesia sangat antusias untuk mengikuti Aksi Damai 112 yang diisi dengan dzikir dan do'a bersama untuk keselamatan bangsa, juga Tausiyah dari pada Ulama, Habaib dan sejumlah tokoh Islam.

Sayangnya, ada beberapa peristiwa yang cukup menarik perhatian publik dalam gelaran aksi tersebut. Adalah pengakuan wartawan Metro TV bernama Desi Fitriani yang melapor ke Polres Jakarta Pusat karena mengaku mendapat kekerasan saat meliput aksi 112 di sekitar Masjid Istiqlal.

Pengakuan Desi yang belakangan marak menjadi bahan pemberitaan juga dibenarkan oleh Kasubag Humas Polres Jakarta Pusat Kompol Suyatno. "Benar, ada laporan itu," ujar Kompol Suyatno seperti ditulis Detik, Sabtu, 11 Februari 2017.

Berdasarkan salinan surat laporan polisi, laporan itu tertuang dalam surat LP Nomor: 230/K/II/2017 Restro Jakpus. Dugaan kekerasan itu terjadi di halaman Masjid Istiqlal. 

Saat itu, Desi sedang meliput bersama seorang kamerawan bernama Ucha Fernandez. Desi mengaku dipukul menggunakan bambu atau kayu pada bagian kepala. Rekannya, Ucha, juga mendapat pukulan. Akibat kejadian ini, Desi mengalami luka memar pada bagian kepala dan sakit di sekujur badan. 

Meski demikian, banyak pihak terutama netizen di jejaring sosial yang merasa sangsi atas kabar pemukulan tersebut. Netizen pun merasa yakin andai terjadi pengusiran terhadap beberapa wartawan atau kru TV, namun tidak akan sampai pada tindak kekerasan seperti pemukulan dengan bambu atau kayu. Seperti yang sudah-sudah, wartawan dan kru TV hanya dilarang untuk meliput dan disuruh untuk pergi.

Metro TV sendiri selalu menjadi pusat perhatian netizen terutama saat ada aksi damai yang melibatkan umat Islam dalam jumlah besar. Terhitung sudah beberapa kali pula kru Metro TV mengalami perlakuan yang sama, yakni dilarang untuk meliput aksi lalu diminta untuk pergi.

Baca: MetroTV diusir saat meliput Aksi Bela Islam

Lalu mengapa hal ini bisa terjadi? Menurut beberapa kalangan, Metro TV memang selalu memuat pemberitaan yang kurang objektif dan proporsional khususnya yang menyangkut umat Islam. Metro TV kerap dituding menyebarkan berita yang sepotong-sepotong dan tak utuh yang akhirnya bisa mengubah persepsi publik.

Bahkan menjelang Aksi 112 kemarin, Metro TV disebut telah memelintir pemberitaan dengan merilis sebuah berita yang isinya mengatakan bahwa Ulama di Cirebon Jawa Barat termasuk Buya Yahya melarang umat Islam untuk mengikuti Aksi Damai 112 di Istiqlal.

Merasa menjadi korban pemberitaan yang tidak objektif dan cenderung fitnah, pemimpin Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon, Buya Yahya bahkan merilis sebuah klarifikasi resmi di Al Bahjah TV. Buya pun menegaskan bahwa dirinya sangat menyayangkan pemberitaan yang tak utuh dan akhirnya bisa berubah menjadi fitnah.
Selain Buya Yahya, wartawan Metro yang bertugas di Cirebon juga akhirnya datang langsung ke Al Bahjah untuk meminta maaf. Permintaan maaf wartawan Metro TV yang dirilis daoam sebuah video ini begitu viral di jejaring sosial. BDLV/TM

Related Posts:


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular Posts

Blog Archive