Patut dipertanyakan dari awalnya hubungan mereka..
Aku dan suamiku dulu adalah teman sekampus dan juga satu kantor. Setelah menikah, kami tidak seperti pasangan lain yang menikmati masa-masa romantis dan penuh cinta. Di mata orang lain kami seperti pasangan yang sudah menikah lama, tapi ternyata nggak sedikit yang juga menginginkan hubungan seperti kami. Aku juga merasa hubungan seperti ini justru yang bisa bertahan lama, kita sering ribut kecil, tapi aku yakin itu bisa diselesaikan dengan mudah.
Sampai suatu hari kami bertengkar hebat hanya karena masalah kecil. Pemanas air di rumah kami rusak sehingga anakku tidak bisa mandi air hangat. Aku berteriak memanggil dia yang duduk di ruang keluarga, tapi dia nggak mempedulikanku, sampai akhirnya mertuaku yang datang dan menyelesaikan kerusakan ini bersama. Sebelum tidur aku bertanya kenapa dia tadi nggak peduli, aku merasa dia ada sesuatu yang tidak dikatakannya padaku. Akhirnya kami pun bertengkar hebat.
Selanjutnya kami malahan jadi perang dingin selama seminggu penuh. Setelah itu aku juga nggak tahan dan akhirnya memanggilnya, tapi saat itu dia masih marah, ia menjawabku sambil bermain ponselnya. Aku semakin marah melihatnya, kebetulan besoknya adalah akhir pakan. Malam itu aku pergi menemani anakku tidur, kemudian aku diam-diam pulang ke rumah orang tuaku, karena rumah orang tuaku tidak jauh dari sana. Aku yakin suamiku tahu hal ini, tapi dia juga tidak melakukan apapun.
Hari berikutnya dia meneleponku dan bertanya aku dimana, karna aku marah aku jawab aku ada di hotel. Tapi suamiku tidak merespon apapun, bahkan tidak meminta aku pulang. Aku semakin marah dan berniat pulang menyelesaikannya. Tapi begitu aku pulang, kami malah bertengkar semakin hebat! Dia juga selalu pergi bersama teman kerjanya dan pulang larut malam.
Aku sangat mencintainya, tapi kenapa aku jadi merasa dia nggak lagi mencintai aku. Kadang aku memang aneh, karena selama ini dia nggak pernah membiarkan aku mencuci celana dalamnya, ia selalu mencucinya sendiri. Aku merasa semakin aneh, apalagi dengan segala perlakuannya padaku yang kelihatannya semakin tidak peduli ini. Sampai akhirnya suatu hari aku meminta dia pulang lebih pagi dari kantor untuk berbicara serius. Aku berjanji asalkan dia mengatakan hal yang sejujurnya, aku pasti akan menghormatinya, aku nggak mau lagi melewati kehidupan seperti ini.
Malam itu aku menunggunya sampai jam 2 subuh, tapi dia nggak pulang. Aku terus meneleponnya, tapi dia juga nggak menjawab teleponku. Akhirnya setelah aku tidur, dia pulang jam 3 subuh dengan bau bir yang melekat di tubuhnya. Setelah mandi dia sedang chatting di ponselnya, aku bertanya dan ingin melihatnya, tapi dia langsung mematikan ponselnya dan bilang itu bukan apa-apa. Aku marah dan langsung bilang, apa dia nggak berani kasih aku liat? Ternyata dia langsung melemparkan ponselnya padaku. Kemudian aku melihat percakapan ini..
A: Udah sampe rumah? Bener kok yang mereka bilang, aku suka sama kamu, aku kangen banget nih sekarang…
Suamiku: :) :) A: Aku ampir gila, aku cuman punya perasaan kayak gini sama kamu aja! Ga perduli apapun yang orang lain katakan.
Suamiku: aku tau, udah malem, cepet tidur.
A: Sayang…Saking marahnya, aku langsung memperlihatakan percakapan ini sama mertuaku. Mereka marah besar, bahkan sampai memukul suamiku. Tapi suamiku cuman menjawab kalau dia hanya main-main saja.
Karena aku memikirkan anakku, aku nggak mengatakan aku ingin cerai, aku ingin dia yang mengatakannya terlebih dulu. Berhari-hari aku hidup seperti mayat berjalan, aku nggak tau lagi apa yang aku lakukan. Sampai akhirnya aku berkata sama suamiku, "Kita cerai saja." Siapa sangka dia dengan tenang menjawabku, "Boleh.."
Aku nggak tau lagi harus ngapain.. Satu kata "Boleh" sudah mengakhiri pernikahan kami sekarang. Apa yang sebenarnya aku lakuin, sampai pernikahanku tiba-tiba berubah jadi seperti ini??
@Cerpen.co.id
0 comments:
Post a Comment