Friday, 10 February 2017

PROKAL.CO, SAMARINDA – Remaja putri menjadi kelompok rentan kejahatan seksual. Alasannya, remaja putri masa kini tidak hanya menjadi korban pemerkosaan, tapi juga tak sedikit yang menjadi korban perkosaan atas nama perasaan. Hal tersebut marak terjadi. Itu terlihat dari meningkatnya pernikahan dini saat ini.
“Saat ini, banyak remaja putri di bawah umur yang melakukan hubungan seksual dengan pacar mereka. Hubungan ini disebut didasari suka sama suka. Padahal, agar bisa melakukannya, pasangan mereka pasti merayu dahulu,” terang kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Odah Etam Kaltim, Eka Komariyah Kuncoro.

Meskipun, dalam konteks suka sama suka, tutur Eka, remaja putri tersebut tidak sadar telah diperdaya. Karena hubungan seksual belum waktunya, mereka pun bisa dipidana. “Seperti kasus pemuda 22 tahun yang dihukum hingga 4 tahun. Sebab, dia berpacaran dengan remaja 13 tahun hingga usia si gadis 15 tahun. Ternyata, dalam masa pacaran itu, mereka sudah melakukan hubungan suami-istri,” kenangnya.

Meski didasari suka sama suka, orangtua yang tidak terima anak kesayangannya sudah digagahi, memilih melaporkan pacar anaknya. Si pelaku pun kena hukuman. Karena melakukan tindakan seksual dengan anak di bawah umur. Menurut Eka, remaja putri, pada dasarnya, masih mencari jati diri dan eksistensi.

Mereka haus akan perhatian. Itulah alasan, jika perhatian dari orangtua kurang, mereka akan mencari perhatian dari orang lain. Bisa dengan pacar atau perhatian dari sejawatnya. “Dalam kasus tadi, korban adalah pelajar SMP dan pacarnya mahasiswa. Kemungkinan, memiliki pacar mahasiswa memberikan prestise pada si pelajar SMP. Di kalangan teman-temannya dia bisa dianggap hebat. Sehingga, dengan bujuk rayu dan ketakutan ditinggalkan si pacar yang mahasiswa, si gadis itu mau saja,” jelasnya.

Tidak hanya jadi korban, karena keinginan mendapat prestise, remaja putri juga bisa menjual dirinya. Apalagi, saat ini prostitusi online lebih memudahkan transaksi. Nilai yang ditawarkan juga lebih tinggi. “Human trafficking di 2016 memang tidak ada. Sebab, lokalisasi sudah ditutup. Hanya saja, prostitusi online tentu masih ada. Hanya saja, cara bermainnya yang mungkin lebih lihai,” tandasnya. (*/nyc/riz/k8)

Related Posts:


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular Posts

Blog Archive