Pohon Rengas Tua Desa Muara, Blanakan yang angker dan misterius.
Soeara Rakjat, Kisah Misteri. Pohon Rengas, terutama Rengas Tembaga (Glutha Renghas L) yang menjulang lebih tinggi dari jenis rengas lainnya, adalah sejenis pohon anggota marga Gluta dari suku Anacardiaceae. Pohon ini tumbuh subur di negara-negara tropis termasuk di Indonesia.
Selain sebagai pohon yang cukup ikonik, pohon rengas tembaga juga memiliki sisi mistis yang kental. Saat mayoritas penduduk Indonesia masih menganut Animisme atau menyembah benda tak bergerak seperti pohon, gunung atau batu, pohon-pohon besar termasuk rengas diyakini sebagai tempat bersemayamnya penguasa alam termasuk arwah para leluhur dan juga bangsa lelembut atau siluman.
Di Desa Muara, Kecamatan Blanakan, Subang, Jawa Barat, terdapat sebuah pohon rengas tua yang di masa lalu dianggap keramat dan sangat angker. Pohon rengas ini berlokasi di Dusun Sukamanah, Desa Muara. Selain diyakini sebagai tempat keramat, pohon ini juga menjadi ikon (penanda) desa.
Konon di tahun 1930-an, setiap warga yang melintas di jalan setapak yang menghubungkan Desa Muara dan Ciasem atau menuju jalan nasional yang dulu menjadi bagian dari Grote Postweg (dibangun semasa Herman Willem Daendeles 1808-1809) akan menyadari bahwa mereka mulai memasuki Desa Muara jika melihat pohon rengas. Saat itu, suasana di kiri-kanan jalan masih sangat sepi dan banyak ditumbuhi pepohonan besar juga masih banyak binatang liar seperti macan tutul dan babi hutan.
Di tahun 1960-an, pohon rengas ini diketahui sudah sangat dikeramatkan oleh sebagian warga desa. Hal itu dikarenakan masih adanya sebagian warga yang mempraktekan faham Animisme atau mungkin Sunda Wiwitan meskipun telah memeluk agama Islam. Saat itu, batang pohon rengas dilingkari kain kafan putih dan sering diberi sesaji.
Karena dikeramatkan, suasana dan aura mistis nan horor pun seolah menyelimuti pohon ini. Hingga pertengahan 1980-an saat masih belum ada listrik dan suasana masih sangat sepi mencekam, cukup banyak penampakan atau pendengaran aneh yang dialami warga saat melintas di sekitar pohon ini pada malam hari.
Selain penampakan perempuan yang suka menangis di bawah pohon, para orang tua juga sering bercerita akan adanya ular besar yang melingkar di pohon ini. Karena keangkerannya, di masa lalu pohon rengas sering menjadi tempat menyepi atau bertapa bagi para ahli Supranatural.
Menurut para ahli kebatinan, cukup banyak pusaka ampuh yang menunggui pohon rengas, yang diantaranya adalah Selendang Mayang yang sering berubah wujud menjadi wanita yang menangis di malam hari, dan sebilah keris sakti yang sering berganti rupa menjadi seekor ular besar.
Hal itu sering diungkap oleh Togleg, seorang warga yang kabarnya memiliki mata batin atau indera ke enam dan mampu menerawang ke alam gaib. Togleg sendiri cukup dikenal oleh masyarakat desa Muara di era tahun 1980-an, dan disebut-sebut memiliki keistimewaan karena konon ia pernah meninggal namun hidup kembali karena pada saat akan dikubur Togleg dilangkahi Kebo (kerbau) Bule.
Lebih dari itu, ada beberapa tokoh spiritual Desa Muara yang kabarnya pernah bertapa atau melakukan ritual olah kebatinan di pohon rengas tua desa Muara. Kisah misteri pohon rengas tua Desa Muara, sepertinya akan menjadi cerita turun-temurun bagi warganya.
Meski sebagian masyarakat menganggap takhayul, namun setidaknya kisah pohon rengas adalah sebuah kearifan lokal dan salah satu peninggalan berharga dari leluhur masyarakat Desa Muara. Tentunya bukan tanpa maksud dan tujuan jika para leluhur kita menanam pohon rengas di tikungan?
Meski sebagian masyarakat menganggap takhayul, namun setidaknya kisah pohon rengas adalah sebuah kearifan lokal dan salah satu peninggalan berharga dari leluhur masyarakat Desa Muara. Tentunya bukan tanpa maksud dan tujuan jika para leluhur kita menanam pohon rengas di tikungan?
Sementara para ahli Sufi dalam beberapa risalah yang tertulis dalam kitab Suluk menyebutkan bahwa beragam mitos yang ada di tempat-tempat angker termasuk pohon rengas ini adalah karena keyakinan masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat meyakini adanya sosok penunggu atau siluman di pohon itu, maka golongan Jin akan menjelma sesuai dengan apa yang difikirkan oleh manusia.
Karena hal itu pula manusia harus tetap yakin kepada Tuhan sebagai penguasa alam. Manusia harus berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan dan juga rasa was-was yang ditimbulkan oleh golongan Jin dan manusia, seperti yang diterangkan Al Qur'an dalam Surat Annas.
Namun demikian, meski keyakinan masyarakat desa Muara akan faham Animisme berangsur-angsur mulai berkurang tetapi 'keangkeran' pohon rengas seolah tak lekang oleh zaman. Pohon yang diyakini berusia ratusan tahun ini tetap menyita perhatian warga karena seringnya kecelakaan kendaraan yang terjadi dan diantaranya hingga meninggal dunia.
Saat jalan masih belum bagus pun kecelakaan lalu lintas memang sering terjadi, apalagi saat jalanan sudah mulus seperti saat ini? Beberapa bulan yang lalu, warga menemukan dua perempuan targeletak di sekitar pohon rengas. Meski tak ada yang mengetahui persis kronologisnya, namun warga meyakini itu adalah karena kecelakaan. Yang terakhir, seorang warga meninggal karena mengalami kecelakaan di sekitar pohon ini.
Karena jalan yang menikung dengan sudut yang mencapai hingga 75°, tak jarang pengendara dari arah selatan akan bersinggungan atau bahkan tabrakan dengan pengendara dari arah utara. Tak jarang pula terjadi kecelakaan tunggal karena pengendara tak mampu menguasai kendaraannya terutama roda dua saat melintas di sekitar pohon rengas tua.
Menurut pengakuan beberapa pengendara yang pernah hampir mengalami kecelakaan, tanpa sadar mereka melaju di tengah jalan hingga keluar dari jalurnya. Saat mereka menyadari berada di tengah dan menghalangi jalur kendaraan lain dari arah berlawanan, mereka pun mengaku sangat sulit mengendalikan motornya.
Hal itu pula yang membuat kisah mistis nan horor di sekitar pohon rengas masih tetap diyakini oleh sebagian masyarakat. Namun terlepas dari semua mitos yang ada, kondisi jalan yang menikung dan kecepatan kendaraan yang melebihi batas aman adalah penyebab utamanya.
Jalan desa yang rata dan datar tentunya sangat berbeda dengan sirkuit atau arena balap yang kontur (permukaan) jalan atau kemiringannya disesuaikan dengan tikungan. Sirkuit balap atau jalan nasional terutama di pegunungan akan sedikit miring agar roda tidak keluar jalur saat melintas di trek yang menikung.
Sementara jalan desa yang tetap datar saat menikung adalah sesuatu yang mengundang bahaya jika kita berkendara dengan kecepatan di atas batas aman. Saat melaju di tikungan dengan kecepatan tinggi, pengendara cenderung sedikit ke tengah agar tak keluar jalur (tekor). Kondisi ini tentu sangat berbahaya jika di saat yang sama ada kendaraan lain dari arah berlawanan.
Saat dua kendaraan berpapasan di tikungan dan salah satunya dalam kecepatan tinggi, maka dipastikan akan ada kepanikan yang sangat berpotensi pada kecelakaan. Video pendek ini bisa menjelaskan bagaimana kecelakaan lalu-lintas masih sering terjadi di pohon rengas tua ini.
Sementara jalan desa yang tetap datar saat menikung adalah sesuatu yang mengundang bahaya jika kita berkendara dengan kecepatan di atas batas aman. Saat melaju di tikungan dengan kecepatan tinggi, pengendara cenderung sedikit ke tengah agar tak keluar jalur (tekor). Kondisi ini tentu sangat berbahaya jika di saat yang sama ada kendaraan lain dari arah berlawanan.
Saat dua kendaraan berpapasan di tikungan dan salah satunya dalam kecepatan tinggi, maka dipastikan akan ada kepanikan yang sangat berpotensi pada kecelakaan. Video pendek ini bisa menjelaskan bagaimana kecelakaan lalu-lintas masih sering terjadi di pohon rengas tua ini.
Menyikapi masih maraknya kecelakaan yang terjadi, Pemerintah Desa lantas memasang tanda peringatan bagi para pengendara baik dari arah selatan maupun arah utara, yang akan memasuki atau melintas di sekitar pohon Rengas Tua Desa Muara. Bukan pohon tua angker, tetapi jalan menikung yang harus diwaspadai oleh para pengendara. BDLV/TM
0 comments:
Post a Comment