Kampungku ada di Taiwan selatan, istriku ada di daerah utara. Kami berkenalan di utara, waktu aku kerja part-time di kota itu.
Istriku sangat cantik, walaupun emosi dan sifatnya tidak menyenangkan untuk banyak orang. Waktu itu, aku juga seorang pria yang kata orang super tampan. Dalam hubungan kami, ibu mertuaku memiliki peran yang sangat penting. Waktu itu karena aku miskin, mama mertuaku berkata kalau anaknya mau menikah denganku, dia akan memberikan sebuah rumah untuk kami.
Akhirnya kami pun menikah. Setahun kemudian, lahirlah putri kami dan tahun berikutnya, kami dianugerahkan seorang putra. Sejak kami mempunyai 2 anak, istriku selalu mengeluh kalau gajiku nggak cukup. Dia sering memarahiku, bahkan tidak jarang kami bertengkar di depan rumah tetangga.
Kemudian setelah setahun berlalu, keadaan kami terlihat membaik. Tapi semua ini hanya bertahan setahun. Emosi dan sifat buruk istriku kemudian mulai muncul lagi dan sejak itu aku mulai jarang berbicara dengan istriku. Kami bahkan memutuskan untuk tinggal di kamar terpisah walaupun kami tidak bercerai. Waktu itu, aku hanya berpikir kasihan anakku kalau kami bercerai. Mungkin istriku juga berpikiran hal yang sama. Lagipula, waktu itu keuanganku hanya cukup untuk kehidupan kami sehari-hari dan tidak sanggup membiayai kehidupan 2 keluarga. Kalau kami bercerai, tentu aku masih harus membiayai istri dan anak-anakku selama beberapa waktu lamanya.
Aku selalu punya kebiasaan untuk menghabiskan makan siangku sebelum jam 1, makan malamku sebelum jam 7, dan masuk kamar jam 10. Beberapa hari yang lalu aku sudah mandi dan bersiap-siap masuk kamar, tiba-tiba aku mendengar ada suara pintu yang tertutup. Aku bingung dan bertanya-tanya, mau kemana istriku malam-malam begini. Hari biasa dia jarang keluar, temannya juga mungkin nggak banyak. Aku juga jarang memperhatikan dia tapi itu setauku. Karena penasaran, aku melihat ke arah luar rumahku dari jendela. Disana aku melihat istriku berdiri dengan seorang pria dan mereka berciuman di bawah lampu. Hatiku terasa sakit...
Setelah hari itu, aku tidak menanyakan apapun kepadanya. Kalau aku bertanya, hal itu hanya akan membuat hatiku semakin sakit dan kami pasti akan bertengkar. Putriku sudah hampir lulus SMA dan putraku baru mau masuk SMA. Kami tetap hidup bersama walaupun pisah kamar, dan tidak pernah sekalipun kata cerai keluar dari mulut kami. Cinta sudah lama tidak ada di antara kami. Satu-satunya yang menahan pernikahan kami hanyalah anak kami. Tapi bagi seorang pria, hidup seperti ini tidaklah menyenangkan. Entah apa yang harus kulakukan...
@Cerpen.co.id
0 comments:
Post a Comment